Tuesday, April 19, 2022

Sendiri

Insting saya adalah berusaha menghadapi semuanya sendiri dan tidak memiliki dorongan untuk minta tolong kepada orang lain. Pernah berakibat fatal, sampai sekarang saya pun masih belum bisa memaafkan diri saya sendiri.

Kehilangan kepercayaan pada orang lain, baik itu rekan, teman, atau keluarga, merupakan akumulasi atas banyak hal yang terjadi pada hidup saya. Dan trauma besar yang terakhir terjadi pun malah mengamplifikasi perasaan ini.

Kalau diingat dengan seksama, sebenarnya banyak sekali yang membantu saya saat itu. Namun semua terasa gamang. Mungkin karena semua yang dilakukan orang-orang tidak dapat mengubah sedikitpun kondisi saat itu.

Yang tidak pernah bisa saya lupakan, saat-saat dimana kami berjuang berdua, kemudian menjadi tertinggal saya sendiri. Saya kembali ke rumah di posisi semua yang terjadi terakhir kali. Kekacauan saat itu. Barang-barang yang berserakan. Menghadapi rumah dengan segala kenangan di tiap sudutnya. Semua saya lakukan sendiri, seorang diri. Perasaan yang saat itu saya juga masih bingung apa itu.

Kemudian, saya menjadi terlalu akrab dengan kesendirian. Justru saat ada yang memberi perhatian atau mau menemani, saya malah defensif, terganggu, tidak nyaman, saya lebih ingin sendiri.

Mungkin saya sudah banyak dibenci orang. Saya yang berat sekali untuk membalas chat, angkat telepon, merespon perhatian-perhatian dari orang lain. Maafkan saya.

....

Saya masih suka bertanya-tanya. Mengapa hal-hal negatif yang saya miliki sebelumnya, yang dengan kehadirannya sudah jauh berkurang, teratasi atau hilang sama sekali, namun dia dipanggil dan hal-hal negatif yang sebelumnya muncul kembali dan malah menjadi semakin besar. Apakah mungkin, memang seharusnya saya hadapi dan selesaikan dari awal, sebelum bertemu dengannya? Atau, pertemuan kami bertujuan untuk menekankan hal-hal tersebut memang ada pada diri saya, bahwa memang itulah saya?

.....

Untuk menghadapi diri saya. Melawan, sekaligus menerima.

Sunday, April 17, 2022

Pergi Jauh



Hari-hari yang saya jalani dimana sudah lama tidak merasakan semangat dan perasaan menggebu-gebu. Saya harus mencari kegiatan yang saya sukai!

Dulu saya pernah memiliki beberapa hobi, yang kemudian saya coba kembali. Saya dulu suka baca buku, udah punya kindle dan punya deretan bacaan yang udah dibeli tapi belum dibaca, tapi sekarang baca buku bentar aja udah ngantuk. Saya dulu suka nonton film, sekarang udah langganan netflix dan disney+ tapi nonton bentar udah bosen. Saya suka gambar, udah punya iPad Pro, apple pencil dan ProCreate tapi bingung mau gambar apa. Saya dulu suka fotografi, udah punya kamera tapi mau foto apa juga bingung. Dulu juga suka desain, sekarang mentok ga punya ide. Satu lagi, saya dulu suka nulis, makanya sekarang saya masih nulis di blog.

Pekerjaan yang saya jalani untuk bertahan hidup sebenarnya juga sesuai dengan yang saya pelajari di kuliah. Kehidupan saya sekarang juga kurang lebih sama seperti apa yang saya bayangkan dulu saat saya membayangkan diri saya di umur sekarang. Tapi saya kehilangan perasaan passionate akan sesuatu dan excitement dalamn melakukan sesuatu.

Saya rasanya iri melihat orang-orang yang dengan bahagianya melakukan pekerjaan mereka, yang dengan senang melakukan hobinya, yang dengan semangat belajar akan hal yang mereka sukai. Saya sudah menyelesaikan studi sampai pascasarjana pun tidak menyukai bidang yang selama ini saya dalami. Hiks.

Katanya, tidak ada kata terlambat untuk memulai mempelajari sesuatu. Keinginan saya sudah jelas sepertinya, saya ingin pindah ke luar negeri, ke negara maju, bekerja dan hidup di sana. Ingin pergi jauh dan meninggalkan semuanya disini, memulai kembali dari nol. Seperti cita-cita saya sejak kecil. Cita-cita yang sudah lama sekali terpendam.

Saturday, April 16, 2022

Umur 30


Tidak lama lagi saya akan meninggalkan masa muda dan memasuki kepala tiga. Gila yah, apa yang sudah terjadi selama ini mengantarkan diri saya ke gerbang ini juga.

Umur tiga puluh tentu bukan umur sembarangan. Umur yang sudah dihadapkan dengan berbagai tanggung jawab dan tuntutan sosial kemasyarakatan. Hehe. Untuk itu ada beberapa hal yang ingin saya lakukan setelah memasuki dunia yang baru.

1. Check up

Bukan sembarang medcheck ala kantor, tapi saya mau check up seluruh hal dari tubuh saya. Saya rencana mau spare uang THR saya untuk kasih hadiah buat diri saya sendiri dalam bentuk medichal check up executive. Udah banyak pikiran sih mau beli hape lah, mau beli kamera, laptop, dll, tapi saya pikir2 lagi sebenernya saya udah punya semuanya. Dan justru saya masih kurang berinvestasi kepada diri saya sendiri. Jadi saya mau tau kondisi kesehatan saya saat ini, agar kalau ada sesuatu yang mulai menyimpang saya bisa segera memperbaikinya.

2. Tubuh yang fit

Saya menyadari bahwa saat ini saya sudah overweight. Ga enak rasanya, begah, penuh, ga bebas. Saya pengen konsultasi ke nutritionist untuk menentukan pola makan yang paling tepat untuk saya. Juga saya ingin rajin berolahraga, kalau perlu sign up membership gym. Pokoknya harus hidup lebih sehat! jaga pola makan dan olahraga teratur. Badan harus lebih fit. Salah satu bentuk bersyukur atas hidup ini ya menjaga apa yang diberikan oleh Tuhan sebaik mungkin kan? Oh iya, selain itu saya juga pengen rajin kontrol lagi ke dokter gigi. Terakhir kontrol tuh pas sebelum pandemi udah 2 tahun lalu, mau rutin tiap enam bulan. Jangan lupa perawatan tubuh juga harus rajin! Alhamdulillah kalo ini sih udah mulai rutin ya, merawat tubuh, rambut, kulit, gigi. Sudah akrab juga sama macam serum dan eye cream. Hehe.

3. Mental yang sehat

Saya juga ingin untuk bisa menjaga kesehatan mental saya dengan pergi ke profesional. Duh udah wacana lamaaaaa banget, tapi maju mundur terus. Rasanya susah banget buat memulai. Apalagi buat diri saya ini, memberanikan diri untuk membuka semua masalah dan trauma yang ada untuk ditata dan dirapikan kembali itu waduhhh butuh tekad yang besar.

Lainnya?

Hmmm... masa muda memang banyak impian, dan semakin dewasa saya menjadi semakin realistis. Mimpi untuk keliling dunia, saya sudah bisa menerima bahwa kehidupan saya bukan untuk itu. Kalau nanti suatu saat ada kesempatan sih oke, tapi saya sudah ikhlas. Begitu juga mimpi untuk berkeluarga. Saya sudah siap kalau seandainya nanti saya tetap sendiri sampai hari tua dan maut menjemput. Kalau nanti bertemu dengan orang yang tepat dan diberi jalan? Saya ga nolak, tapi saya ga nyari juga. Hidup saya masih terlalu problematik. Hehe. Sementara semua target dan mimpi saya set untuk saya sendiri, dengan asumsi saya hidup untuk diri saya sendiri.

Well, fokusnya memang di usia 30 saya mau memberikan porsi untuk diri saya yang lebih besar. Terutama kesehatan fisik dan mental. Karena mau apapun yang ingin diraih, jika ga sehat maka ga bisa menikmati juga kan...